Halal bihalal; Merayakan Hidup Bersama


Halal bi halal merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang dirayakan beberapa hari pasca Hari Raya Idul Fitri sebagai bagian dari bentuk rasa syukur atas proses yang telah dilalui selama bulan suci Ramadhan. Tradisi yang merupakan ucapan rasa syukur ini biasanya dirangkaikan dengan silaturahim dengan mengundang keluarga, tetangga, sahabat dan kerabat serta merayakannya dengan makan bersama. Biasanya makanan yang disajikan juga makanan yang jarang dibuat namun dipandang sebagai makanan mewah yang “langka”.

Di Bolaang Mongondow misalnya, makanan seperti ” Binarundak” (nasi jaha) hanya akan dibuat dalam momentum tertentu seperti dalam pesta pernikahan, maupun hari besar lainnya termasuk halal bi halal. Demikian pula di Minahasa yang dikenal dengan “nasi Jaha” yang dibuat oleh orang Minahasa saat perayaan pengucapan Syukur.

Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari diskusi dengan para orang tua di Bolmong, makanan seperti “binarundak” (Nasi Jaha) konon merupakan makanan khas yang disajikan untuk keluarga kerajaan.

Tradisi halal bi halal ini mirip dengan “hari raya katupat” (Ketupatan). Namun bedanya, jika ketupatan umumnya dilaksanakan dalam skala besar dengan keterlibatan segenap elemen masyarakat, halal bi halal biasanya dilaksanakan dalam skala yang lebih kecil di antaranya keluarga, lembaga pendidikan, yayasan, organisasi masyarakat, paguyuban, dan lain sebagainya.

Tak ketinggalan untuk meramaikan halal bi halal, adalah kelompok kerukunan di kompleks perum Cozy Home Kalawat yang terletak di desa Watutumou kecamatan Kalawat, Minahasa Utara.

Kelompok ini beranggotakan warga perumahan Cozy Home dengan berbagai latar belakang suku dan agama, di antaranya warga muslim dengan suku Jawa dan Bolmong serta warga Kristen dengan suku Minahasa dan Sangihe.

Foto bersama dalam perayaan halal bihalal

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah mbak Ety, salah satu anggota kelompok kerukunan beragama Islam yang berasal dari suku Jawa

Perayaan halal bihalal “multikultural” ini juga dapat dilihat dari variasi makanan yang disajikan; Ikan Mujair Bakar dengan dabu-dabu iris, Soto Ayam dengan Bumbu Khas Jawa, serta ayam bumbu RW khas Minahasa.

Perayaan halal bihalal dimulai dengan sambutan ketua kelompok kerukunan, Fenly Bolang, dilanjutkan dengan penyampaian hikmah halal bihalal oleh ustadz Taufiq Permata dan diakhiri dengan do’a penutup yang disampaikan oleh Abdul Muis

Dalam penyampaiannya, Fenly Bolang mengungkapkan bahwa meskipun halal bihalal merupakan tradisi masyarakat muslim di Indonesia, namun di perum Cozy Home kelompok keluarga lintas suku, agama dan budaya juga turut berpartisipasi dalam menyukseskan perayaan halal bihalal. Adapun bentuk partisipasinya di antaranya menyumbang sejumlah uang, air mineral serta bahan makanan pokok seperti beras, sayuran, serta bumbu masak.

Selanjutnya, ustadz Taufiq Permata dalam ceramahnya menjelaskan terkait perdamaian dan persaudaraan yang harus selalu dijaga bersama sebagai bentuk hubungan antar sesama manusia   (Hablumminannas). Ia juga menyampaikan tentang falsafah “torang samua basudara” sebagai falsafah Sulawesi Utara yang harus selalu digaungkan bersama.

Abdul Muis yang turut  menyampaikan do’a penutup, turut mengajak kepada para anggota yang hadir agar dalam do’anya senantiasa mengucapkan rasa syukur atas nikmat perdamaian dan persaudaraan yang telah dikaruniakan Tuhan. Ia juga turut menitipkan agar dalam setiap do’a yang dilakukan oleh masing-masing anggota, apapun suku da agamanya, untuk berdoa demi terjaganya persaudaraan, perdamaian dan hidup bersama yang harmoni antar sesama.

Kegiatan diakhiri dengan ramah-tamah, diskusi ringan serta makan bersama*

(Kawangkoan Baru, Minggu 28 April)

Tinggalkan komentar